Hello, My Tomorrow!

Ini juga salah satu tulisan lama saya, yang pernah saya posting di blog saya terdahulu. Semoga bisa bermanfaat. Happy reading, guys! :)
 ***

Orang yang kuat tidak dibuktikan dengan kekuatan fisiknya, tetapi dengan kemampuannya menguasai diri ketika ia marah” (diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a)

Marah. Satu kata yang teramat singkat, tapi memiliki akibat yang akan berbuntut panjang jika seseorang telah terkuasai olehnya.

Begitu besarkah pengaruh marah itu?

Yupz, rasa marah bisa saja berbuntut panjang jika kita tidak dapat mengendalikannya. Tidak bisa dipungkiri, rasa marah merupakan emosi alami yang dimiliki oleh setiap orang. Tua, muda; dewasa, anak-anak; miskin, kaya; laki-laki, perempuan, semua pasti pernah merasakannya. Tapi, bukan berarti karena setiap orang bisa merasa marah, maka setiap orang bebas untuk menunjukkan kemarahannya ya, apalagi dengan memaki-maki, atau berkata-kata kasar, seperti yang dilakukan oleh orang yang sedang dikuasai rasa marah pada umumnya.

Sungguh merupakan suatu kondisi yang sangat tidak mengenakkan ketika kita sedang dikuasai oleh amarah. Karena, ketika seseorang sedang diliputi olah rasa marah yang menggebu-gebu, ia tidak akan dapat berpikir jernih. Apa yang dikatakannya, apa yang diucapkannya, dan apa yang dipikirkannya menjadi tidak terkontrol, karena itu semua hanyalah luapan emosi yang ditunjukkan tanpa berpikir panjang.

Rasa marah juga seringkali membuat kita, tanpa sadar, melukai hati orang-orang di sekitar kita, entah itu melalui perkataan ataupun perbuatan kita. Padahal, ketika seseorang telah terlukai hatinya, akan sulit bagi kita untuk menyebuhkannya sampai tidak berbekas lagi. Bahkan, rasa marah yang tidak terkendali dapat menimbulkan berbagai macam tindakan yang berujung pada kriminalisasi. Bisa terbayangkan kan, bagaimana besarnya pengaruh dari rasa marah yang tidak terkendali itu?

Perlu kita sadari pula, rasa marah itu ibarat kobaran api yang siap membakar habis apapun yang ada di depannya. Semakin kita tidak dapat mengendalikannya, semakin besarlah kobaran api tersebut, dan itu berarti, semakin banyak pula yang terbakar di dalamnya.

Lalu bagaimana cara meredamkan, atau bahkan memadamkan kobaran api kemarahan tersebut?

Berikut ini adalah beberapa tips dari Adab al-Dunyaa wa al-Din, al-Mawardi agar kita dapat meredam rasa marah. Semoga bermanfaat.. ^_^
  • Zikir dengan bacaan yang dapat menghadirkan ketakutan akan murka Allah dan membawa kita menaati semua perintah-Nya. Firman Allah, Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kau lupa (al-Kahfi [18]: 24). Ikrimah memaknai jika kau lupa dengan “jika kau marah”. Allah juga berfirman, jika setan mengganggumu maka mohonlah perlindungan kepada Allah (Fushshilat [41]: 36).
  • Mengingat efek dari emosi, seperti ‘penyesalan’ atau ‘dendam’. Ahli hikmah berkata, “Marah terhadap orang yang salah adalah naif, dan marah terhadap orang yang tepat adalah tercela”. Salah seorang budayawan juga berkata, “Hindari kemarahan, karena akan berakibat penyesalan”
  • Menyadari bahwa memaafkan dan melawan rasa marah yang berkecamuk di dalam diri kita jauh lebih mulia di hadapan Allah daripada mengumbar marah. Karena, memaafkan merupakan satu tanda kemuliaan. Dengan memaafkan, jiwa akan tenang, tubuh pun akan sehat dan terbebas dari penyakit-penyakt yang ditimbulkan oleh emosi.
  • Berwudhu ketika marah. Sejumlah hadits menyinggung soal manfaat wudhu. Salah satunya ialah hadits riwayat Abu Wa’il al-Qash, ia berkata, “Ketika kami mendatangi Urwah ibn Muhammad al-Sa’id, seseorang berbicara kepadanya dan membuatnya marah. Urwah kemudian beranjak pergi dan berwudhu, lalu kembali dan berkata, ‘ayahku meriwayatkan kepadaku dari kakekku, Athiyah, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Amarah itu dari setan dan setan tercipta dari api. Api dipadamkan dengan air. Maka, apabila salah seorang dari kalian terpancing amarah, hendaknya berwudhu’.”
  • Jika sudah terlanjur marah, ucapkanlah,”A’udzu billaahi min al-syaithaan al-rajiim (aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)“, maka kemarahan tersebut Insya Allah akan reda dan hilang.
Yakinkanlah pada diri kita bahwa rasa marah tidak akan dapat mengendalikan diri kita, tetapi justru kita lah yang akan menjadi pengendali dari rasa marah tersebut, karena Allah telah menganugerahi kita kemampuan untuk dapat mengendalikannya. Jadi, yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan tersebut, misalnya dengan bersabar dan juga ikhlas.

Terakhir, jangan pernah berhenti untuk selalu mengafirmasi hal-hal positif ke dalam diri kita setiap harinya. Karena, disadari atau tidak, afirmasi-afirmasi positif tersebut nantinya akan membentuk kita menjadi pribadi yang positif pula.

Semoga kita bisa menjadi insan yang terus berubah ke arah yang lebih baik setiap harinya. Aamiin.. Semangaat…! ^_^

Categories:

Leave a Reply